Galeri‎ > ‎Dokumentasi‎ > ‎

Awali Perkuliahan Semester Genap dengan Kuliah Tamu

diposting pada tanggal 22 Mar 2018, 09.05 oleh Pascasarjana IAIN MANADO   [ diperbarui22 Mar 2018, 09.13 ]
IAIN Manado - Program Pascasarjana IAIN Manado dalam rangka mengawali perkuliahan semester genap tahun akademik 2017-2018 melaksanakan kuliah tamu dengan menghadirkan narasumber Prof. Dr. Fritz Shculze, guru besar dari Georg-August-Universität Göttingen Jerman, Kuliah tamu yang dilaksanakan di Aula Program Pascasarjana pada Kamis (22/3/2018) itu diikuti oleh mahasiswa Program Pascasarjana IAIN Manado yang berasal dari empat program studi, yaitu program studi Pendidikan Agama Islam, Manajemen Pendidikan Islam, Ekonomi Syariah, dan Hukum Keluarga. 

Dalam kuliahnya, Prof. Fritz yang didampingi oleh Direktur Program Pascasarjana, Dr. Rivai Bolotio, M.Pd, menekankan pentingnya proses dialog dalam membangun hubungan antar dan intra agama yang lebih sehat, dinamis, berkualitas, dan manusiawi yang penuh dengan semangat toleransi dan pluralisme. Bagi Prof. Fritz, dialog antar dan intra agama di Indonesia lebih maju dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini sangat kontras terjadi di negara-negara Kawasan Timur Tengah, misalnya. Dan, karena itu ia menilai tidak berjalannya proses dialog ini merupakan penyebab utama kegagalan perdamaian sosial di Timur Tengah. 

Menurutnya, materi dalam dialog tidak hanya hanya mengungkap persamaan (similarities), tetapi juga perbedaan (differences) masing-masing kelompok
agama baik menyangkut nilai, wawasan, dan pemahaman keagamaan dengan dilandasi semangat saling menghargai. 

Dialog juga bukan hanya terbatas pada percakapan melainkan juga perbuatan, misalnya tindakan antar kelompok agama untuk melakukan aksi-aksi kemanusiaan seperti kolaborasi lintas-agama untuk menangani kemiskinan, kelaparan, bencana alam, dan problem sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh warga negara. 

“Dialog agama harus menjadi medium budaya--bukan alat politik--untuk membangun hubungan jangka panjang antar pemeluk agama yang dilandasi semangat saling memahami dan menghargai perbedaan dan keunikan masing-masing umat beragama”, tegasnya. 

Menjawab pertanyaan salah satu mahasiswa, Wahyuningsih Sutrisno, S.Pd, yang juga merupakan Sekretaris Forum Mahasiswa Pascasarjana IAIN Manado tentang larangan berjilbab di negara-negara Eropa, Prof. Fritz dengan lugas menjelaskan bahwa saat ini situasinya sudah jauh lebih maju. “Di Jerman, misalnya, tidak ada larangan bagi wanita muslim untuk berjilbab, terkecuali pada profesi hakim dan jaksa karena seorang hakim dan jaksa dituntut untuk bersikap netral dan tidak memihak”, lanjut Prof. Fritz. 

Lebih jauh, Prof. Fritz yang sudah sering berkunjung ke Indonesia itu mengungkapkan bahwa di hampir setiap negara bagian di Jerman terdapat komunitas muslim dan mereka memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan warga negara Jerman lainnya dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan dalam tradisi agama yang dianut termasuk dalam hal busana jilbab bagi perempuan muslim. 

Soal kecenderungan ilmuan Indonesia dalam bidang pengkajian Islam untuk belajar ke Timur Tengah  yang juga ikut dipertanyakan oleh salah seorang dosen, Zainuddin Zoga, Kandidat Doktor Bahasa Arab UIN Alauddin Makassar, ditanggapi oleh Prof. Fritz bahwa  Indonesia memiliki banyak ilmuan dalam bidang pengkajian Islam yang memiliki reputasi international dan mereka-mereka itu belajar di Amerika dan Eropa.   

Di akhir kuliahnya, Prof. Fritz yang sangat piawai menjelaskan problem sosial keagamaan di negara-negara Timur Tengah menekankan bahwa dialog agama yang konstruktif dan produktif akan dapat menciptakan perdamaian global. "Dan, hal inilah yang merupakan masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara seperti Irak, Iran, Mesir, Suriah, dan Palestina", jelasnya.  (at)

Comments